Sepang - Setahun berlalu sejak duel hebat Valentino Rossi dan Marc Marquez. Kembali ke Sirkuit Sepang, manajer tim Yamaha bercerita banyak soal pandangannya atas peristiwa itu.
MotoGP Malaysia 2015 menjadi puncak dari persaingan sengit Marquez dengan Rossi. Sebelum 'meledak' di atas lintasan, percikan api sudah lebih dulu muncul saat Rossi menyebut ada konspirasi dari Marquez untuk mendukung Jorge Lorenzo menjadi juara.
Sebagaimana sejarah kemudian tercatat, Rossi dan Marquez terlibat persaingan sengit di trek Sirkuit Sepang. Persaingan yang berakhir dengan Marquez terjatuh setelah bersenggolan dengan The Doctor.
Rossi dinyatakan bersalah atas kejadian itu, dia dapat hukuman yang berujung keharusan memulai balapan dari posisi paling belakang pada balapan pamungkas, yang sekaligus penentu perebutan gelar juara dunia, di Valencia. Meski tampil luar biasa, Rossi pada akhirnya harus mengaku kalah dari Lorenzo.
"2015 menjadi semakin rumit saat Valentino bilang bahwa balapan di Australia sudah dimanipulasi, dan setelah konferensi pers di Malaysia semuanya berubah," ucap Manajer Tim Yamaha, Lin Jarvis dalam wawancaranya dengan La Gazzetta dello Sport, dikutip dari situs resmi MotoGP.
"Saya ingin Rossi tidak banyak bicara atau tidak berbicara sama sekali soal itu. Para pebalap seharusnya lebih berdiam. Menurut saya, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda pikirkan tak selalu jadi ide yang bagus. Itu juga berlaku pada Valentino dan Jorge. Jika Rossi tidak terlalu keras (menuding) Marquez pada konferensi pers di Sepang, saya yakin reaksi Marquez tidak akan sebesar itu. Itu kesalahan Valentino," paparnya.
Jarvis menilai Rossi bisa merebut titel juara dunia di musim 2015 andai dia bisa lebih tenang menghadapi situasi itu. Rossi disebutnya sangat menguasai teknik 'perang urat syaraf' dengan pebalap lain, sayangnya itu tidak dia lakukan dalam rangkaian peristiwa tersebut.
"Valentino bisa saja menjadi juara jika dia tetap diam, tapi sebaliknya, situasi itu meledak. Mereka para pebalap - tidak sabar dan emosional - dan Anda tidak bisa mengontrol mereka, hanya memberi saran. Valentino bisa menghadapi masalah itu dengan cara yang berbeda dan mungkin Sepang dan kejuaraan dunia akan berakhir dengan hasil berbeda. Jorge memainkan perannya, merasa diserang oleh Valentino."
"Valentino selalu menjadi jagonya dalam perang psikologi. Tapi saat Anda mendapati diri Anda berada dalam situasi berhadapan dengan seseorang yang sangat mirip - mungkin itu tidak bekerja dengan baik, atau mungkin itu menghasilkan reaksi berbeda dari yang Anda harapkan. Saya masih berpikir kalau Rossi menangani situasi itu dengan cara berbeda, hasil akhir kejuaraan dunia akan berbeda," tuntasnya.
MotoGP Malaysia 2015 menjadi puncak dari persaingan sengit Marquez dengan Rossi. Sebelum 'meledak' di atas lintasan, percikan api sudah lebih dulu muncul saat Rossi menyebut ada konspirasi dari Marquez untuk mendukung Jorge Lorenzo menjadi juara.
Sebagaimana sejarah kemudian tercatat, Rossi dan Marquez terlibat persaingan sengit di trek Sirkuit Sepang. Persaingan yang berakhir dengan Marquez terjatuh setelah bersenggolan dengan The Doctor.
Rossi dinyatakan bersalah atas kejadian itu, dia dapat hukuman yang berujung keharusan memulai balapan dari posisi paling belakang pada balapan pamungkas, yang sekaligus penentu perebutan gelar juara dunia, di Valencia. Meski tampil luar biasa, Rossi pada akhirnya harus mengaku kalah dari Lorenzo.
"2015 menjadi semakin rumit saat Valentino bilang bahwa balapan di Australia sudah dimanipulasi, dan setelah konferensi pers di Malaysia semuanya berubah," ucap Manajer Tim Yamaha, Lin Jarvis dalam wawancaranya dengan La Gazzetta dello Sport, dikutip dari situs resmi MotoGP.
"Saya ingin Rossi tidak banyak bicara atau tidak berbicara sama sekali soal itu. Para pebalap seharusnya lebih berdiam. Menurut saya, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda pikirkan tak selalu jadi ide yang bagus. Itu juga berlaku pada Valentino dan Jorge. Jika Rossi tidak terlalu keras (menuding) Marquez pada konferensi pers di Sepang, saya yakin reaksi Marquez tidak akan sebesar itu. Itu kesalahan Valentino," paparnya.
Jarvis menilai Rossi bisa merebut titel juara dunia di musim 2015 andai dia bisa lebih tenang menghadapi situasi itu. Rossi disebutnya sangat menguasai teknik 'perang urat syaraf' dengan pebalap lain, sayangnya itu tidak dia lakukan dalam rangkaian peristiwa tersebut.
"Valentino bisa saja menjadi juara jika dia tetap diam, tapi sebaliknya, situasi itu meledak. Mereka para pebalap - tidak sabar dan emosional - dan Anda tidak bisa mengontrol mereka, hanya memberi saran. Valentino bisa menghadapi masalah itu dengan cara yang berbeda dan mungkin Sepang dan kejuaraan dunia akan berakhir dengan hasil berbeda. Jorge memainkan perannya, merasa diserang oleh Valentino."
"Valentino selalu menjadi jagonya dalam perang psikologi. Tapi saat Anda mendapati diri Anda berada dalam situasi berhadapan dengan seseorang yang sangat mirip - mungkin itu tidak bekerja dengan baik, atau mungkin itu menghasilkan reaksi berbeda dari yang Anda harapkan. Saya masih berpikir kalau Rossi menangani situasi itu dengan cara berbeda, hasil akhir kejuaraan dunia akan berbeda," tuntasnya.
Source : http://sport.detik.com/moto-gp/3331267/soal-rossi-vs-marquez-di-sepang-2015-jarvis-itu-salah-rossi
0 komentar:
Posting Komentar